KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia
Menurut Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di Universitas Negeri Makassar.
Dalam Penulisan makalah
ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini.
Medan , Oktober 2013
Muhammad Suhairi Abbas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Hakikat
B. Pengertian Manusia
C. Tujuan Penciptaan
Manusia
D. Fungsi dan Peran
Manusia
E. Tanggung Jawab
Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
F. Hakikat Manusia
BAB III Penutup
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang
manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang sangat klasik
namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan
berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini
manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral
untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya.
Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar,
insân, mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut
memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk
pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih menunjuk
pada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata
lainnya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian
hakikat dan manusia itu ?
2) Apa saja tujuan
penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3) Bagaimana tanggung
jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?
4) Apa saja hakikat
manusia itu ?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui
pengertian hakikat dan manusia.
2) Untuk mengetahui
tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
3) Untuk mengetahui
tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
4) Untuk mengetahui Apa
saja hakikat manusia itu.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA DALAM
PRESPEKTIF AL QUR’AN
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat
berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu.
Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti
dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari
sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati,
roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk
paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang
dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai
khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari
tanah.
Membicarakan tentang
manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang
digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori
psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan).
Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di
dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral
(nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang
tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut
aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori
kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut
aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara
pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena
tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir, memutuskan, menyatakan,
memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah
manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi
memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam
al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun
mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar
selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat,
atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum
: 33).
Kata insan disebutkan
dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal
insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar :
72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke
arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut
sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal
quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam
al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua
manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian
Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social.
Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup
tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu
terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani
saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di
kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina
yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk
social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk
menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup
dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai
kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
Asal Mula Manusia
“Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
Jika kita berdebat
tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali dipikiran adalah teori
evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin dijelaskan bahwa
manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat Islam yaitu
Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi adam a.s. Namun, hingga
saat ini para ilmuwan masih terus mencari bukti untuk memastikan asal mula
manusia.
1. Teori Asal Mula
Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan Darwin
mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera.
Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6
juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan
antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar
sebagai berikut di bawah ini :
a.
Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus yang dianggap
sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis
digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari
selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang
telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar
dan kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan
menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus >
Homo Habilis > Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara
tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis
selanjutnya.
2. Asal Mula Manusia
berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt.
merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita” tentang
asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan
berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang
membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam
kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama
kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan
tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka.
Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada
Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda
mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah
menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan
Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap
dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan
Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima ilmu
pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang
Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara
bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh
permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan
yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah,
gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Demikianlah dua
pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa sebenarnya manusia pertama di
bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah manusia pertama sesuai
dengan apa yang ada dalam Al-Quran. Apakah kalian setuju bahwa Nabi Adam a.s
adalah nenek moyang manusia? Tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing.
C. Tujuan Penciptaan
Manusia
Tujuan penciptaan manusia
adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada
Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek
ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia
dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg
menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia. Oleh
kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual
penyembahannya.
Penyembahan yang
sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai khalifah
Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan
manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.
D. Fungsi dan Peran
Manusia
Berpedoman pada
Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempelopori
oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus
ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya
dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antaranya
adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua
yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba Allah,
serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada
masyarakat, pada Allah SWT.
E. Tanggung Jawab
Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1) Tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial
dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya
layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan
ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam
al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah
dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab
Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas
hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas
hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan,
wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil
atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang
mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan
manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup
manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang
tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
F. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah
sebagai berikut :
1) Makhluk yang
memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang
memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
3) Seseorang yang mampu
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam
proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama
hidupnya.
5) Individu yang dalam
hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya
sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6) Individu yang mudah
terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi manusia merupakan
makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna manusia diciptakan oleh
Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan
manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang
berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak
sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada masalah
yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari
orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena
manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak
maka dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama
makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga
terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata,
AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998
Departemen Agama RI,
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk,
Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari,
Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan, 1990
Tidak ada komentar:
Posting Komentar